Resume/Dialog Imajiner yang menguraikan apa sih yang di
kontroversialkan di riset Gunung padang ini. Mudah-mudahan hal ini
bisa membantu kita untuk melihat dengan lebih jernih bahwa masalah
perbedaan pendapat di ranah ilmiahnya sebenarnya biasa saja, hanya
tergantung dari cara memandang dan ketersediaan data yang dipunyai dua
kelompok ini. Saya yakin kalau dipertemukan dan didiskusikan dengan
baik-baik bisa diselesaikan dengan mudah karena hanya menyangkut
interpretasi fisik yang straight forward. Kalaupun maul melakukan
pembuktian yang lebih tidak-terbantahkan pun tidak sulit sebenarnya.
Selamat membaca.
RESUME TENTANG ‘KONTROVERSI’ GUNUNG PADANG
(DIALOG IMAJINER TIM MANDIRI TERPADU DAN ARKENAS)
Oleh: Danny Hilman Natawidjaja
1. LUASAN SITUS:
a.
Arkenas/BALAR: Hanya teras batu bergaya menhir dipuncak bukitnya saja
(penelitian 1979-2005) – situs hanya yang di dalam pagar. Hasil survey
dan eskavasi bulan Desember 2012 yang sudah diseminarkan di Cipanas
menyimpulkan hal sama.
b. Tim Mandiri Terpadu : mungkin seluruh
bukit (tinggi 100 meter), paling tidak sekitar sepertiga dari puncak
sudah confirmed
2. UMUR SITUS
a. Arkenas: Tidak ada data, hanya perkiraan saja dari masa sekitar 2500 – 1500 SM
b.
Tim Mandiri Terpadu : sudah ada dari karbon dating di lakukan di BATAN
dan Beta Analytic USA untuk 10 sampel dari lokasi dan kedalaman berbeda.
Diantaranya: yang paling atas tepat di bawah situs batu Menhir berumur
sekitar 2600 BP (600 SM). Umur hamparan pasir kerikil di kedalaman 4-5
meter di bawah Situs adalah sekitar 6600 BP. Umur lapisan tanah semen
purba dari kedalaman 7 – 15 m berkisar dari 13.000 sampai 23.000 tahun
BP. Umur karbon di dalam pasir ‘ayak’ yang mengisi rongga di kedalaman
8-10 m adalah 11.600 tahun BP. Di satu lokasi ada tanah timbunan tebal
diatas susunan batu bersemen yang umurnya sekitar 8600 BP
3. SUMBER BATUAN SITUS
a.
Arkenas: Tepat di bawah situs– ditemukan di kotak gali di Teras 1 di
kedalaman 2 meteran terlihat sebagai tumpukan batu kolom (columnar
joint) andesit yang dibungkus ‘kerak lempung’ dengan posisi horisontal
berarah barat-timur (Yondri, 2005, 2007, 2012) . Kerak lempung tersebut
juga terlihat di dinding antara Teras satu ke dua dan di batu-batu
kolom yang ditemukan di lereng timur.
b. Tim Mandiri Terpadu :
Belum ketemu, tapi sampai kedalaman 16 m tidak ditemukan sumber batuan
alamiah untuk batu kolom tersebut. Kemungkinan adalah dari tubuh masif
lava andesit di kedalaman 16 meteran.
4. SEMEN PURBA
a.
Arkenas: Tidak ada semen purba, yang ada adalah kerak lempung alamiah
yang membungkus batu-batu kolom andesit di bawah situs, yaitu batuan
sumber dari situs
b. Tim Mandiri Terpadu : ada, yaitu material
yang disebut sebagai kerak lempung oleh Arkenas. Susunan batu-batu
kolom di bawah teras 1 yang terlihat di kotak gali BALAR tahun 2005 itu
persis sama posisinya dengan yang ditemukan di lereng timur baik oleh
tim Arkenas pada bulan Desember 2005 maupun oleh Tim Ali Akbar bulan
Juni 2012 dan Maret kemarin. Susunan batu kolom andesit yang posisinya
horisontal berarah barat-timur ini BUKAN batuan sumber alamiahnya tapi
FITUR bangunan purba yang luarbiasa.
5. ADANYA RUANG:
a.
Arkenas: yakin tidak ada walaupun tidak punya data bawah permukaan dan
belum pernah menggali lebih dari 2 meter. Dasarnya karena peradaban
Gunung Padang masih primitif/sederhana sehingga tidak mungkin membuat
struktur bangunan semaju itu.
b. Tim Mandiri Terpadu : Ada –
berdasarkan data GPR berbagai frekuensi – grid lintasan 2D, Geolistrik
grid lintasan 2D , 3D berbagai, dan data bor
6. TINGKAT PERADABAN:
a.
Arkenas: Peradaban masih sangat sederhana/primitif dari masa sebelum
Masehi. Istilah Mahakarya ala Arkenas/BALAR maksudnya mahakarya bangsa
primitif
b. Tim Mandiri Terpadu : Situs Gunung Padang bukan
hasil satu generasi tapi multi generasi. Yang paling atas bergaya
menhir memang peradaban sederhana (jadi sama interpretasinya dengan
Arkenas) yang hanya menata ulang reruntuhan batuan yang sudah ada,
kemungkinan berumur sekitar 600 SM atau lebih muda (juga tidak jauh beda
dengan perkiraan Arkenas/BALAR). Tapi 2 meter di bawahnya (diselingi
tanah timbun) adalah bangunan sangat maju yang dibuat dari susunan
batu-batu kolom (diperlakukan seperti batubata) tersusun rapih dan
diisi/terbungkus semen kemungkinan berumur sekitar 6600 tahun BP (4600
SM). Di bawahnya lagi masih ada struktur bangunan yang lebih tua,
kemungkinan umurnya berkisar 11.000 – 23.000 tahun BP.
7. GEOLOGI:
a.
Arkenas: Sisa badan gunung api purba (menurut Sutikno Bronto yang dia
interpretasikan dari geologi setempat, morfologi dan pengamatan
singkapan batuan di permukaan)
b. Tim Mandiri: morfologi Bukit
Gunung Padang yang berupa trapesium memanjang utara-selatan dilandasi
oleh ‘lidah’ (lapisan) lava setebal 20-30 meter di kedalaman sekitar 15
meter dari permukaan. Lapisan lava terlihat ‘selaras dengan muka tanah
situs di atas dan juga muka tanah situs di lereng timur dan barat.
Lapisan ‘geologi’ di bawah permukaan baik di atas ataupun di lereng
barat-timur-utara sejajar dengan permukaannya dari atas sampai kedalaman
15 meteran, yaitu permukaan lava tersebut. Dari data bor diketahui
bahwa lapisan diantara permukaan dan tubuh lava ini adalah tumpukan
batu-batu kolom seperti yang terlihat di permukaan. Di temukan leher
intrusi lavanya berada di sebelah lereng timur-tenggara (dari data
geolistrik). DATA: geolistrik, georadar dan inti bor sampai kedalaman
28meter.
URAIAN/DISKUSI:
· Tentang susunan rapih batu
kolom bersemen atau ber-kerak lempung: Arkenas/BALAR
menginterpretasikan sebagai kerak lempung hasil pelapukan batu kolom
andesit. Menurut Lutfi Yondri sudah dikonsultasikan ke beberapa
geologist. Budi Brahmantyo menginterpretasikan berasal dari pelapukan
mengulit bawang. Sutikno Bronto: selain pelapukan juga ada proses
sedimentasi diantara batu-batu kolom tersebut. Mang Okim di bawah
memberikan interpretasi yang sama.
Tim Mandiri melihat bahwa
posisi batu-batu kolom tersebut JELAS tidak alamiah karena posisi batu
kolomnya horisontal sejajar dengan lapisan/permukaan batuannya (seperti
terlihat di georadar dan di geolistrik) yang horisontal juga. Posisi
alamiah columnar joint yang alamiah akan selalu tegak lurus permukaan
pendinginan (=lapisan). DIPASTIKAN TIDAK ADA INTRUSI VERTIKAL di bawah
situs, kecuali leher intrusi sumber lava di lereng timur-tenggara
tersebut. Susunan batuan bersemen ini memang terlihat sangat rapih
seperti layaknya kondisi alamiah-insitu, tidak heran kalau orang bisa
terkecoh.
Material diantaranya bukan hasil pelapukan karena
terlihat kontak dengan permukaan batu kolom sangat tegas, tidak ada
gradasi pelapukan dan tidak terlihat ada pelapukan mengulit bawang.
Material semen pengisi ini di kotak gali di lereng timur terlihat malah
bertambah banyak dan rapih semakin ke bawah sampai kedalaman 4 meter,
ketebalannya teratur (~2 cm), seringkali terlihat berlapis, dan sangat
keras. Susunan batu kolom bersemen ini makin ke bawah semakin
tight-impermeable (genangan air hujan terlihat sangat sukar meresap ke
bawah). Jadi tidak mungkin juga hasil sedimentasi seperti dikatakan
Sutikno.
Analisis mineral menunjukkan komposisi material
‘semen’ ini adalah 45% mineral besi, 41% mineral silica, sisinya mineral
lempung dan sedikit unsur karbon. Merupakan komposisi yang sangat kuat
sebagai perekat. Di alam tidak ada pelapukan yang komposisi besinya
demikian tinggi.
· Keberadaan struktur yang
mengindikasikan bangunan terlihat dari penampang georadar dan
geolistrik. Ruang dicirikan oleh tubuh dengan very high resistivity –
puluhan ribu sampai lebih dari 100 ribu Ohm-Meter, juga dari image
georadar. Ada rongga-rongga besar di dalam tubuh lava andesit/basaltic
yang boleh jadi adalah lava tube/cave alamiah, tapi dari kenampakan
geometrinya boleh jadi sudah direkayasa. Kalau benar... wah...seremmm.
· Silahkan direnungkan, pihak mana yang “draw conclusions from too brief an examination (dari milist IAGI)
ANDI ARIF
sumber :amhproart.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar